top of page
Logo ToPS outline PUTIH.png

HAI SION, ELOHIMMU ITU RAJA!

"Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik"

Setiap renungan yang tertulis disini adalah sebuah catatan cinta dari Tuhan (Love Notes), sebuah kesaksian bahwa Roh Kudus masih terus menopang dan mengajar anak-anak-Nya baik di masa lalu, maupun masa sekarang dan seterusnya.

Kisah perumpamaan tentang anak yang hilang:

Lukas 15:11-32 TB

Yesus berkata lagi: ”Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.


Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.


Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.


Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”


Firman di atas menggambarkan Bapa yang memiliki banyak harta kekayaan, bahkan segala yang baik ada di rumah Bapa, tetapi anak bungsu lebih menginginkan harta dari pada berada bersama-sama Bapa, yang adalah pemilik harta yang sesungguhnya. Ia meminta harta kepada Bapa dan ketika Bapa memberikannya justru anak bungsu pergi meninggalkan Bapanya lalu hidup dengan segala keinginan dagingnya, memuaskan hawa nafsunya sampai harta bagiannya habis dan tidak memiliki apa apa lagi. Anak bungsu ini lalu pergi mencari pekerjaan untuk bertahan hidup dan menjadi hamba orang lain, tetapi apa yang dialaminya sangat jauh berbeda ketika ia berada di rumah Bapa-nya, untuk makan saja anak bungsu mendambakan ampas yang adalah makanan babi. Hal itu membuat anak bungsu kembali mengingat segala yang baik yang ada di rumah Bapa-nya, dan ia pun menyesal, mengakui kesalahannya, dan sadar kalau ia tidak kembali ke rumah Bapanya bisa-bisa ia mati. Akhirnya anak bungsu memberanikan diri bangkit untuk kembali dan berharap Bapa-nya akan menerimanya kembali walau bukan sebagai anak.


Sedangkan anak sulung adalah sebagai gambaran anak yang selalu berada dekat dengan Bapanya namun tidak menyadari bahwa berkat yang ada padanya begitu besar oleh karena dia selalu ada bersama dengan Bapa dan selalu taat kepada Bapa, bahkan jauh melebihi yang dia inginkan selama ini. Tetapi anak sulung lebih fokus kepada kesukaan pribadi dan upah sehingga ia sampai mengasihani diri dan sulit untuk ikut bersukacita ketika saudaranya kembali.


Saudara, bagaimanakah respon kita sebagai orang percaya? Sudahkah kita memiliki waktu untuk bergaul dengan Tuhan, dan membangun komunikasi yang baik dengan Tuhan melalui doa, membaca Firman, dan saat teduh setiap harinya? Atau adakah kita abai karena merasa tidak melihat secara kasat mata? Atau mungkin kita hanya datang ketika ada masalah untuk merengek dan mengaduh di hadapan Tuhan? Atau kita terbiasa hanya mendekat kepada Tuhan ketika ada maunya?


Apapun keadaan kita, sebagai orang percaya kita harus memiliki persekutuan yang intim dengan Tuhan. Karena sesungguhnya percaya kepada Tuhan bukan soal senang atau susah, diberkati atau tidak diberkati, tetapi fokus kita adalah menyenangkan hati-Nya, bukan lagi diri sendiri. Dan jika fokus kita adalah Tuhan, maka kita mendekat kepada-Nya bukan karena ingin mendapatkan keuntungan, atau hanya ketika dalam keadaan susah, tetapi dalam keadaan apapun, baik suka maupun duka, kita mau sungguh-sungguh mendekat dan mengenal Pribadi-Nya sampai kita dikenal oleh Tuhan kita.


Namun yang sering terjadi ketika kita diberkati adalah: agenda perjalanan padat, daftar belanjaan tidak habis habis, lupa waktu istirahat, lupa waktu berdoa, bahkan ibadah menjadi tidak penting; Dengan kata lain Tuhan justru tersisihkan dengan segala kesibukan kita. Bahkan sadar tidak sadar, berkat yang Tuhan berikan akhirnya menyimpangkan kita dari tujuan semula: bahwa kita dipanggil dan hidup kita bukan milik kita lagi tetapi kita ini kepunyaan-Nya. Padahal Tuhan-lah Pribadi yang telah menolong kita di kala susah, yang mendengar keluh kesah kita, yang melihat setiap tetes air mata, yang menyediakan apa yang kita perlukan. Tetapi di saat senang, manusia cenderung lupa untuk tetap menjalin hubungan dengan Tuhan.


Bersyukur kita punya Bapa yang baik, yang selalu sabar melihat tingkah langkah kita sampai kita betul-betul menyadari, bahwa hidup itu bukan melulu soal berkat kekayaan dan kesenangan diri, tetapi adakah kehadiran Bapa dalam hidupmu? Adakah Bapa menjadi yang utama dalam agenda hidup kita? Bukankah Bapa adalah sumber segala berkat atas hidup kita? Janganlah kita hanya melihat kepada berkat-Nya akhirnya fokus kita disimpangkan, dikuasai hawa nafsu daging, dan bahkan menjauh dari Bapa sehingga maut mengintai kita. Biar kisah ini menjadi pelajaran berharga, bahwa sesungguhnya keselamatan jiwa-jiwa itu jauh lebih berharga dari pada harta, dan selalu bersama dengan Bapa adalah berkat yang jauh lebih besar daripada sukaria yang didapat dari berkumpul bersama teman-teman. Karena bila kita memiliki Bapa maka kita tidak kekurangan suatu apapun.


Jadi bagaimana sekarang? Bagi kita yang sudah sungguh-sungguh dan konsisten dalam menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan: pertahankan apa yang baik itu dan bersyukurlah. Bagi kita yang belum: bertobatlah selagi masih bisa dikatakan "hari ini". Karena pertobatan, yaitu hati yang berbalik dan kembali kepada Bapa, adalah suatu sukacita di sorga.


Lukas 15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Biarlah kita memiliki hati yang selalu haus akan keberadaan-Nya setiap saat, sebab di luar dia kita tidak bisa apa-apa. Tuhan Yesus memberkati!

----

Daftar untuk menerima email warta

Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati!

  • Youtube
  • Facebook
  • Instagram
  • Whatsapp

© 2023 by Tabernacle of Prayer and Sacrifice Powered and secured by Wix

bottom of page