- 3 Sep 2024
Lukas 16:10-11 “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?”
Mengapa kita harus setia dalam perkara-perkara kecil?
Setia adalah kemampuan untuk tidak menipu, berbohong, menutupi, atau mengkhianati, melainkan merupakan suatu keteguhan, kepatuhan, ketaatan .
Maka ketika kita dipercayakan oleh Tuhan perkara-perkara kecil apakah kita mau tanggung jawab atas hal-hal tersebut? Karena setia itu juga berarti taat melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.
Di dalam konteks ayat di atas, dijelaskan bahwa manusia cenderung menilai perkara besar itu adalah hal-hal yang berhubungan dengan uang dan kekayaan dunia, di mana segala sesuatu dinilai dengan banyaknya uang atau harta kekayaan. Sehingga sadar tidak sadar perkara tentang uang seringkali dianggap sebagai segala-galanya dalam hidup ini, padahal sesungguhnya di mata Tuhan, uang itu adalah perkara kecil, sedangkan yang termasuk perkara besar adalah perkara kekekalan yaitu Kerajaan dan Kebenaran-Nya.
Tuhan Yesus berkata dengan jelas, jika kita tidak bisa dipercaya dalam perkara kecil yang adalah harta di dunia ini, mana mungkin Tuhan akan mempercayakan harta yang di Surga yang adalah suatu perkara yang besar dan kekal:
Lukas 16:12-13 “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Mari kita sama-sama merenungkan dengan segenap hati kepada siapa kita setia? Apakah kepada harta, atau setia kepada yang mempercayakan harta?
Ketika kita dipercaya perkara kecil yaitu, hal-hal yang berhubungan dengan uang, apakah kita sudah mempergunakannya sesuai kehendak Tuhan? adakah berkat yang diterima dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperbesar pekerjaan Tuhan atau malah dipergunakan untuk memperkaya diri, memuaskan hawa nafsu dunia, mengejar standar hidup duniawi, menumpuk dan bahkan mencintai harta di dunia?
Karena dikatakan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain artinya harta yang dipercayakan di dunia bagaimanakah harta di surga dapat dimiliki, karena setia juga berbicara tentang siapa yang kita kasihi. Mengasihi harta dunia sehingga kita jadi hamba dunia atau mengasihi Sang pemberi berkat yang adalah Tuhan Yesus dan menjadi hamba-Nya untuk memperbesar kerajaannya dengan harta yang dipercayakan-Nya kepada kita.
Karena hanya dengan mengelola dengan baik apa yang dipercayakan-Nya maka kita dapat disebut setia dalam perkara-perkara kecil, barulah kemudian kita dapat dipercayakan harta yang sesungguhnya itu.
Saya berdoa biarlah saudara-saudara semakin setia dalam mengelola perkara kecil yaitu harta dunia sesuai dengan kehendak-Nya, pakailah harta yang dipercayakan-Nya untuk membesarkan kerajaan-Nya dan untuk menyelamatkan yang terhilang. Setialah dalam persekutuan dengan Tuhan, sehingga kelak Tuhan Yesus pasti akan mempercayakan perkara-perkara besar: Kerajaan dan Kemuliaan-Nya di Surga, Amiin